RAGAM BAHASA INDONESIA
* Penting Tidaknya Bahasa Indonesia
1. Jumlah Penutur.
2. Luas Penyebarannya.
3. Keterpakaian sebagai Sarana Ilmu,
Budaya, dan Sastra.
* Ada 3 bahasa di Indonesia :
• Bahasa Indonesia
(BI).
• Bahasa daerah
(BD).
• Bahasa asing
(BA).
Keterpakaian sebagai Sarana Ilmu, Budaya, dan Sastra
• Digunakan
sebagai sarana pengembangan IPTEK : 360.000 istilah bidang ilmu.
• Digunakan
untuk pengembangan budaya nasional.
• Digunakan
untuk pengembangan susastra Indonesia dan serumpun.
* Berdasarkan Penutur
Ø Dialek
Ø Sosiolek
* Berdasarkan Sarana
Ø Lisan
Ø Tulis
* Berdasarkan Pemakaian
Ø Hukum
Ø Ekonomi
Ø Politik
Ø Teknik
Ø Militer
Ø Agama
Ø Komunikasi, dll.
* Berdasarkan Formal-Nonformal
Ø Formal
Ø Nonformal
• Ragam baku adalah
ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar pemakainya sebagai
bahasa resmi dan sebagai kerangka acuan norma bahasa dalam penggunaannya.
• Ragam tidak baku
(nonbaku) adalah ragam yang menyimpang dari norma baku.
Ragam Baku dan Nonbaku
Ragam Baku :
Kemantapan dinamis.
Cendekia
Seragam
Ragam Nonbaku :
Menyimpang dari kebakuan
A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan
pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor,
atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi
tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.
B. Macam – macam ragam bahasa
1. Ragam Bahasa
Indonesia berdasarkan media
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa-kata baku
Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering
disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa-kata baku bahasa
Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan
tolak ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia,
bukan otoritas lembaga atau instansi didalam menggunakan bahasa Indonesia ragam
baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau
ragam akrab. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya kosa
kata ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu
makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media dibagi menjadi dua
yaitu :
a.) Ragam bahasa lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan,
terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu
pemahaman. Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal
itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam
pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan
dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung
di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan
lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa
lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis,
tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk
tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan
ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa
serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.
Ciri-ciri ragam lisan :
- Memerlukan orang
kedua/teman bicara;
- Tergantung situasi,
kondisi, ruang & waktu;
- Hanya perlu intonasi
serta bahasa tubuh.
- Berlangsung
cepat;
- Sering
dapat berlangsung tanpa alat bantu;
- Kesalahan
dapat langsung dikoreksi;
- Dapat
dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Yang termasuk dalam ragam
lisan diantaranya pidato, ceramah, sambutan, berbincang-bincang, dan masih
banyak lagi.
b.) Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam
tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata
bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut
adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan
tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah,
surat kabar, dll. Dalam ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa
indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1. Tidak memerlukan
kehadiran orang lain.
2. Tidak terikat
ruang dan waktu
3. Kosa kata yang
digunakan dipilih secara cermat
4. Pembentukan kata
dilakukan secara sempurna,
5. Kalimat dibentuk
dengan struktur yang lengkap, dan
6. Paragraf
dikembangkan secara lengkap dan padu.
7. Berlangsung
lambat
8. Memerlukan alat
bantu
2. Ragam Bahasa
Berdasarkan Penutur
a. Ragam Bahasa
Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan
pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di
Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura,
dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya
logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b” pada posisi
awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan
lain-lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” seperti
pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b. Ragam Bahasa
berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang
berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan
kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video,
film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan
pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi
dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya
mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan
yang seharusnya dipakai.
c. Ragam bahasa
berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap
kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan)
sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau
pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut.
Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika
melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara
atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku.
Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam :
1. Pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan,
seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran.
2. Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan
atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat.
3.Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran
pekerjaan, undang-undang.
4. Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah,
tesis, disertasi.
3. Ragam Bahasa
menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang
dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun
menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam
lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran,
hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda
dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga,
seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau
bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah
kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut,
misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama.
Koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi,
maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang
digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat
dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra,
kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau majalah
dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Baku Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan
Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.
Kelompok Ragam Bahasa – 3KA08
1.
Fita Anggraeni
2.
Mutia Rahmah
3.
Rika Damayanti
0 komentar:
Posting Komentar