PROPOSAL PENELITIAN
RISIKO
RIWAYAT PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL
TERHADAP
KEJADIAN KANKER PAYUDARA
DI
RS MITRA KELUARGA DEPOK
Oleh:
FITA
ANGGRAENI
NPM.
12111908
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Penyakit kanker
merupakan penyebab kematian ke–5 di Indonesia dan mengalami peningkatan secara
bermakna. Kanker tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara. Kanker payudara
ini terutama menyerang kaum perempuan (Depkes, 2008).
Sudah lebih dari 30
tahun kanker payudara menjadi suatu penyakit yang paling ditakuti oleh wanita.
Insiden kanker payudara terus meningkat, sebagian karena teknologi diagnostik
yang lebih canggih. Angka mortalitas yang dikaitkan dengan kanker payudara
tidak banyak berubah sejak tahun 1930 sekalipun sudah banyak kemajuan dalam
pengobatan (Baradero, 2006).
Insiden
kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada
registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan. Tetapi berdasarkan data Globocan,
IARC 2002, didapatkan estimasi insidens kanker payudara di Indonesia
sebesar 26 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim sebesar 16 per 100.000
perempuan. Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan salah satu masalah
utama kesehatan perempuan di dunia, terutama di negara berkembang seperti
Indonesia, dan salah satu alasan semakin berkembangnya kanker tersebut
disebabkan oleh rendahnya cakupan deteksi dini atau screening (Depkes,
2008).
Saat ini belum
ditemukan data yang pasti yang menjadi faktor penyebab utama penyakit kanker
payudara sampai saat ini terjadinya kanker payudara diduga akibat interaksi
yang rumit dari banyak faktor seperti faktor genetika, lingkungan dan hormonal
yaitu kadar hormon estrogen dalam tubuh yang berlebihan. Pertumbuhan jaringan
payudara sangat sensitif terhadap estrogen maka wanita yang terpapar estrogen
dalam waktu yang panjang akan memiliki risiko yang besar terhadap kanker
payudara (Harianto, 2005). Terjadinya pemaparan estrogen dapat disebabkan oleh
penggunaan kontrasepsi hormonal yang mengandung kombinasi hormon yaitu estrogen
dan progesteron.
Di Indonesia
penggunaan hormon sebagai alat kontrasepsi sudah populer dalam masyarakat.
Pemakai kontrasepsi hormonal terbanyak adalah jenis suntikan dan pil.
Kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan yaitu kombinasi estrogen
dan progestin (Harianto, 2005). Kontrasepsi oral (pil) sebagai faktor yang
meningkatkan risiko payudara menjadi perhatian dan kontroversi dunia kesehatan
saat ini. Jumlah pengguna kontrasepsi oral dan penderita kanker payudara terus
meningkat tiap tahunnya di seluruh dunia termasuk di RS Mitra Keluarga Depok
sehingga penelitian tentang risiko kanker payudara dalam penggunaan kontrasepsi
hormonal menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Pada
bulan April 2005 telah dilakukan penelitian oleh Harianto dari Departemen
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
(FMIPA-UI) dengan judul “Risiko Penggunaan Pil
Kontrasepsi
Kombinasi Terhadap Kejadian Kanker Payudara pada Reseptor KB (Keluarga
Berencana) di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo”. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1,864 kali lebih
tinggi untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil
kontrasepsi kombinasi (Harianto, 2005).
Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah judul penelitian, lokasi
penelitian, responden dan waktu penelitian. Pada penelitian ini dijelaskan
hubungan antara riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker
payudara. Pemakaian kontrasepsi hormonal terdiri dari pil kombinasi, suntik
kombinasi dan implant. Berbeda dengan penelitian terdahulu yang hanya
menggunakan pil kombinasi saja.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka peneliti tertarik meneliti “Berapa besar risiko riwayat
pemakaian kontrasepsi hormonal terhadap kejadian kanker payudara di RS Mitra
Keluarga Depok?”
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui
besarnya risiko riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal terhadap kejadian kanker
payudara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperkirakan besarnya risiko kanker payudara pada wanita
terhadap riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal yaitu pil, suntik dan implan.
b. Untuk
mengetahui hubungan lama pemakaian kontrasepsi hormonal terhadap kanker
payudara.
D. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
Untuk mendapatkan
tambahan teori tentang risiko peningkatan kejadian kanker payudara pada
akseptor kontrasepsi hormonal.
2. Manfaat
Aplikatif
Sebagai bahan
kajian dalam memilih kontrasepsi yang aman.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Landasan Teori
1. Kontrasepsi Hormonal
a. Pengertian
kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi
hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan bahan baku preparat estrogen dan progesterone
(Harnawatiaj, 2008).
b. Jenis kontrasepsi hormonal
1) Kontrasepsi pil
Menurut
Hartanto (2004) komposisi pil oral kombinasi, terdiri dari monofasik, bifasik
dan trifasik. Monofasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif. Bifasik yaitu pil yang tersedia dalam 21 tablet
mengandung 0,035 mg Ethynil Estradiol (EE) + 0,05 mg norethindrone untuk hari
1-10 dan 0,035 mg EE + 1,0 mg norethindrone untuk hari 11-21. Trifasik yaitu
pil yang tersedia dalam 22 tablet berisi 0,03 mg EE + 0,05 mg levonogestrel
untuk hari 1-6, 0,04 mg EE + 0,075 mg levonogestrel untuk hari 7-11 dan 0,03 mg
EE + 0,125 mg levonogestrel untuk hari ke-12-22.
2) Komposisi
minipil
Minipil terdapat
dua macam kemasan, dalam satu kemasan dengan isi 35 pil terdiri dari 0,3 mg levonorgestrel
atau 0,35 norethindrone dan dalam satu kemasan dengan isi 28 pil terdiri dari
0,075 mg norgestrel (Saifuddin, 2003).
3) Kontrasepsi
suntik
Menurut Saifuddin
(2003) komposisi suntik kombinasi terdiri dari 25 mg depo medroksi progesterone
asetat dengan 5 mg estradiol sipinoat dan 50 mg norethindrone enantat dengan 5
mg etradiol valerat.
Komposisi suntik
progestin terdiri dari 150 mg depo medroksi progesterone asetat dan 200 mg depo
norestisteron enantat.
4) Komposisi
kontrasepsi implan
Menurut Saifuddin
(2003) komposisi kontrasepsi implan ada tiga macam, yaitu norplant terdiri dari
36 mg levonorgetrel, implan terdiri dari 68 mg 3-keto-desogestrel, kemudian
jadena dan indoplant terdiri dari 75 mg levonorgetrel.
c. Efek samping
kontrasepsi hormonal
Menurut Hartanto
(2004) efek samping kontrasepsi hormonal adalah mual dan muntah, nyeri
payudara, payudara membesar, nafsu makan dan berat badan yang bertambah besar,
leukore, sakit kepala siklis, kompliksasi trombo-emboli, emboli paru-paru, cerebro-
vascularaccident (CVA), hepato-seluler adenoma atau carsinoma,
myoma uteri yang tumbuhh besar, telangiectasia, rhinitis alergika dan
hay fever, parinitis nasal yang kronis, gangguan penglihatan
siklis, depresi dan rasa lelah, nafsu seks (libido) menurun, acne dan
kulit berminyak, toleransi hidrat-arang berkurang, efek diabetogenik, gatal (puritus)
dan ruam (rash), peninggian kadar HDL kolesterol, hirsutisme, ikterus
cholestatik, displasia serviks.
2. Kanker Payudara
Kanker adalah
istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, yaitu tumbuh sangat cepat,
tidak terkontrol, dan tidak berirama, yang dapat menyusup ke jaringan tubuh
normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh
(Diananda, 2007).
Menurut
de Jong (2004), kanker payudara adalah tumor ganas dari salah satu kelenjar
kulit di sebelah luar rongga dada. Kanker payudara berasal dari jaringan epitel
dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia
sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut
menjadi kanker insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun
untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat
dari kanker payudara telah bermetastasis. Kanker payudara bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 ).
3. Faktor Risiko
Penyebab dari
kanker payudara belum diketahui, akan tetapi ada faktor-faktor yang telah
diketahui dan dikaitkan dengan kanker payudara. Faktor-faktor ini meliputi:
a. Umur
Insiden kanker
payudara meningkat sesuai pertambahan umur. Penyakit ini paling sering didiagnosa
pada wanita umur lebih dari 50 tahun (Baradero, 2006).
b. Gender
Kanker payudara
lebih banyak diderita oleh perempuan. Meskipun kaum pria dapat juga terkena
kanker jenis ini, tetapi kemungkinan terkena kanker payudara pada wanita 100
kali lipat dibandingkan pada pria (Diananda, 2007).
c. Riwayat
Menstruasi dan Reproduksi
Risiko kanker
payudara meningkat pada wanita yang menarche (menstruasi pertama) pada
umur muda (11-12 tahun) dan menoupause pada usia diatas 55 tahun
(Baradero, 2006). Wanita yang tidak pernah hamil (nuliparitas) atau yang
melahirkan anak pertamanya setelah umur 30 tahun juga berisiko mengalami kanker
payudara (Baradero, 2006). Hal tersebut diperkirakan karena periode antara usia
menarche dan usia kehamilan pertama terjadi ketidakseimbangan hormon dan
jaringan payudara sangat peka terhadap hal tersebut sehingga periode ini
permulaan dari perkembangan kanker (Harianto, 2005).
d. Berat Badan dan
Diet
Konsumsi makanan
yang tinggi dengan lemak hewani dapat menyebabkan obesitas. Obesitas mempunyai
efek perangsang pada perkembangan kanker payudara. Estrogen disimpan dalam
jaringan adiposa (jaringan lemak). Beberapa kanker payudara adalah reseptor
estrogen positif (ER+), artinya bahwa estrogen menstimulasi pertumbuhan sel-sel
kanker payudara. Maka, makin banyak jaringan adiposa, makin banyak estrogen
yang mengikat ER+ sel-sel kanker (Baradero, 2006).
e. Riwayat
Keluarga yang Menderita Kanker Payudara
Wanita yang
mempunyai ibu atau saudara perempuan menderita kanker payudara, memiliki risiko
1,5-3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara (Diananda, 2007).
Kebanyakan wanita
yang atas dasar penelitian riwayat keluarga diperkirakan mempunyai faktor
keturunan, pemeriksaan DNA menunjukkan satu atau lebih mutasi. Yang terkenal
diantaranya, ialah BRCA1 dan BRCA 2 (BRCA = breast cancer = kanker
payudara) (de Jong, 2004).
f. Penggunaan Alat
Kontrasepsi Hormonal dan Terapi Hormon
Risiko terkena
kanker payudara meningkat dengan penggunaan alat kontrasepsi oral dan terapi
hormon estrogen dalam jangka waktu panjang. Terapi hormon dapat menstimulasi
perkembangan jaringan epitel dari sel payudara, sehingga meningkatkan risiko
terjadinya kanker payudara (Diananda, 2007).
g. Gaya Hidup
Terjadinya
perubahan gaya hidup pada masyarakat modern serta pola hidup yang tidak sehat
dapat memicu terjadinya kanker payudara, seperti merokok, minum-minuman keras
serta konsumsi makanan fast food yang tinggi lemak (Gilbert, 1996).
4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
a. Teraba benjolan
Umumnya berupa
benjolan yang tidak nyeri pada payudara, keras saat disentuh dengan tepi tidak
beraturan. Posisi paling umum dari kanker payudara adalah seperempat luar
bagian atas dari kedua payudara (Gilbert, 1996)
b. Terjadi
perubahan pada puting dan aerola mamae
Terdapat perubahan
bentuk dan arah puting susu, misalnya terdapat tarikan (retraksi) atau
pembengkakan pada puting susu. Pada aerola mamae terjadi retraksi dan eksema
(Sjamsuhidayat, 2004).
c. Terjadi nyeri
tekan
Kanker payudara
dalam taraf permulaan tidak menimbulkan rasa nyeri, nyeri baru terasa jika
sudah mulai infiltrasi ke sekitar (Wiknjosastro,2007).
d. Terdapat massa
atau benjolan di ketiak
Timbul pembesaran
kelenjar getah bening di ketiak, bengkak atau oedem pada lengan dan penyebaran
kanker ke seluruh tubuh (Gilbert, 1996).
e. Pembengkakan
pada salah satu payudara
Pada payudara
terjadi pembengkakan yang disebabkan karena obstruksi drainase cairan limfa
oleh tumor (Baradero, 2006).
f. Keluar cairan
pada payudara
Pengeluaran cairan
abnormal dari puting susu seperti cairan berdarah, agak berdarah,
kekuning-kuningan atau keputih-putihan (de Jong, 2004).
5. Stadium Kanker
Payudara
Stadium kanker
payudara menurut Wiknjosastro (2007) adalah sebagai berikut :
a. Stadium I
Kanker payudara
sampai 2 cm besarnya dan tidak mempunyai anak sebar.
b. Stadium II
Kanker payudara 2
cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak.
c. Stadium III
Kanker payudara 2
cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak, infra dan supraklavikula,
atau infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit, atau kanker payudara yang apert
(memecah ke kulit).
d. Stadium IV
Kanker payudara
dengan metastasis jauh, misalnya ke tengkorak, tulang punggung, paru-paru,
hati, atau ginjal.
6. Cara Mendeteksi
Kanker Payudara
Untuk mengetahui
adakah kelainan pada payudara dapat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri atau
SADARI. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tiap bulan terutama bagi perempuan yang
mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara, sehingga bila terjadi
keadaan abnormal pada payudara dapat segera memeriksakan diri (Diananda, 2007).
Apabila ditemukan tanda-tanda seperti benjolan yang tidak normal segera
memeriksakan diri untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan yang
dilakukan selanjutnya adalah:
a. Mammografi
Mammografi adalah
pemeriksaan payudara dengan alat rontgen dan merupakan suatu cara pemeriksaan
yang sederhana, tidak sakit, dan hanya memekan waktu 5-10 menit saja (Diananda,
2007).
b. Biopsi
Cara pemeriksaan
ini menggunakan jarum halus untuk memeriksa benjolan, kemudian spesimen dari
jaringan yang diambil diperiksa di laboratorium untuk mengetahui tipe sel
(Baradero, 2006).
c. USG
Ultrasonografi
berguna terutama untuk menentukan adanya kista, kadang tampak kista sebesar 1-2
cm (Sjamsuhidayat, 2004).
d. CT scan tulang
dan Biopsi Sumsum Tulang
Kanker payudara
cenderung mengadakan metastasis pada tulang maka CT scan tulang dan biopsi
sumsum tulang biasanya dilakukan. Hasil positif dari pemeriksaan ini
menunjukkan bahwa kanker sudah bermetastasis (Baradero, 2006).
7. Pengobatan
Umumnya,
pengobatan kanker payudara terbagi menjadi dua golongan, yaitu pengobatan untuk
kanker tahap awal dan pengobatan kanker untuk tahap lanjut. Jika kanker masih
dini, maka operasi dapat dilakukan. Operasi dilakukan dengan cara Breast
Conserving Therapy (BCT), pengangkatan seluruh jaringan dan sedikit
jaringan payudara disekitarnya dilanjutkan dengan radiasi. Raditerapi dan/atau
kemoterapi merupakan pilihan pengobatan untuk kanker tahap lanjut. kemoterapi
juga dapat dilakukan pada pasien kanker tahap awal untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya penyebaran sel-sel kanker yang pada awalnya terdeteksi. Terapi
hormonal diberikan bila penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh
(Diananda, 2007; Sjamsuhidayat, 2004).
8. Pencegahan
Pola hidup sehat
dilakukan dengan olahraga secara teratur, mengurangi konsumsi makanan berlemak,
serta menghindari berat badan yang berlebihan (Diananda, 2007).
9. Hubungan
Riwayat Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker Payudara.
Laporan dari Harvard
School of Public Health 2008 menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker
payudara yang bermakna pada para pengguna terapi estrogen replacement.
Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker
payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk
waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum menopause
(Depkes, 2008).
Konsumsi pil KB
(Keluarga Berencana) atau KB suntik yang sifatnya hormonal dalam jangka waktu
yang lama (hingga dua tahun) turut memicu terjadinya kanker. Karena penggunaan
hormonal yang lama dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen dalam tubuh
sehingga mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal.
Bila sudah dua tahun, kita harus pindah ke sistem KB yang lain, seperti KB
kondom, spiral, atau kalender. Wanita yang berusia di atas 35 tahun atau yang
memiliki kelenjar susu yang padat disarankan tidak menggunakan sistem KB
hormonal. Apabila seseorang ingin menggunakan sistem KB hormonal, minimal harus
melakukan USG payudara terlebih dahulu. Adapun bila usianya di atas 30 tahun
harus melakukan pemeriksaan mamografi (Sidohutomo, 2008).
Penyebab kejadian
kanker payudara belum diketahui secara pasti, tetapi pemakaian kontrasepsi
hormonal dalam jangka waktu yang lama bisa mengakibatkan kejadian kanker
payudara.
B. Kerangka
Teori
(Anofi, 2008)
Gambar
1 Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Gambar
2 Kerangka
D. Hipotesis
Penelitian
1. Penggunaan
kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko menaikkan kejadian kanker payudara
2. Ada hubungan
antara lama pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker payudara
setelah memperhitungkan juga faktor riwayat keluarga.
BAB
III
METODOLOGI
DAN DESAIN PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian
ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan case
control untuk mempelajari sejauh mana faktor risiko mempengaruhi terjadinya
efek. Faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan restropektif,
maksudnya efek yang diidentifikasi saat ini kemudian faktor risiko (penyebab)
diidentifikasi pada masa lalu (Taufiqurohman, 2003).
Gambar
1 Skema Rancangan Kasus Kontrol
B. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini
dilaksanakan di RS Mitra Keluarga Depok Jalan sebagai kasus dan sebagai kontrol
di RS Bunda Margonda pada minggu ke-2 Juli 2013 sampai minggu ke-1 Agustus 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut
Notoatmodjo (2005) adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang
diteliti. Populasi Depok dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB yang
memeriksakan diri ke RS Mitra Keluarga pada minggu ke-2 Juli 2013 sampai minggu
ke-1 Agustus 2013 yaitu sebanyak 37 orang.
Adapun kriteria
populasi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria
inklusi
1) Pasien wanita
2) Berusia 20-65 tahun
3) Akseptor KB
hormonal dan non hormonal.
b. Eksklusi
1) Tidak bersedia menjadi responden
2) Penderita
kanker payudara dengan keadaan umum jelek
2. Teknik Sampling
a. Kelompok Kasus
Teknik atau desain
sampling dengan total sampling yaitu semua data yang ada diambil
(Notoatmodjo, 2005).
b. Kelompok
Kontrol
Teknik atau desain
sampling dalam penarikan sampel untuk kasus kelompok kontrol dengan
menggunakan secara random sistematis (systematic random sampling), yaitu
cara penarikan sampel dengan menggunakan pengacakan dengan urutan yang telah
ditentukan (sistematis). Urutan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan
waktu pengambilan data (Narimawati dan Munandar, 2008).
3. Sampel
Sampel adalah
sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
mewakili populasi (Sugiyono, 2007). Besar sampel sangat tergantung pada model
populasi yang diteliti, semakin mendekati nilai populasi sebenarnya maka
semakin kecil tingkat error sampling. Untuk populasi kecil misalnya 100
atau kurang dari 100 sebaiknya semua anggota populasi digunakan sebagai sampel,
sedangkan sampel besar ada beberapa rumus yang dapat digunakan sebagai
pendekatan sesuai dengan pola distribusi populasi. Untuk menentukan jumlah
sampel jika populasi kecil (≤100) sebaiknya diambil semua sebagai sampel.
Perbandingan sampel 1:1 dengan acuan kelompok kasus (Narimawati dan Munandar,
2008).
D. Variabel Penelitian
Variabel
penelitian adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian
(Sugiyono, 2007).
Variabel pada penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel bebas
(independent variable) yaitu :
a. Pemakaian kontrasepsi hormonal
b. Lama pemakaian kontrasepsi hormonal.
2. Variabel
terikat (dependent variable) yaitu kanker payudara.
E. Alokasi Subjek Penelitian
1. Kelompok kasus
Kelompok kasus
adalah kelompok pasien wanita umur 20-65 tahun yang menderita kanker payudara
stadium I sampai dengan IV yang berada di bangsal mawar 2 di RSUD Dr. Moewardi
pada minggu ke-2 Juli 2009 sampai minggu ke-1 Agustus 2009.
2. Kelompok
control
F. Definisi Operasional
1. Riwayat KB
Hormonal
a. Pengertian
Pernah dan sedang
memakai alat kontrasepsi oral dan terapi hormon estrogen (Sidohutomo, 2009).
b. Alat dan Metode
Check List .
c. Skala
Pengukuran
Nominal.
d. Kategori
1) Ya, mempunyai riwayat sebagai akseptor kontrasepsi hormonal.
2) Tidak, tidak
mempunyai riwayat sebagai akseptor kontrasepsi hormonal.
2. Lama Pemakaian
Kontrasepsi Hormonal
a. Pengertian
Total waktu dalam
tahun selama memakai alat kontrasepsi hormonal. Penjumlahan seluruh waktu pada
saat pemakaian kontrasepsi hormonal.
b. Alat dan Metode
Check List.
c. Skala
Pengukuran
Interval
Kelompok kontrol
adalah kelompok wanita umur 20-65 tahun, akseptor KB, bukan penderita kanker
payudara di RS Bunda Margonda pada minggu ke-2 Juli 2013 sampai minggu ke-1
Agustus 2013.
3. Riwayat
Keluarga
a. Pengertian
Wanita yang
mempunyai ibu atau saudara perempuan menderita kanker payudara (Diananda,
2007).
b. Alat dan Metode
Check list.
c. Skala
Pengukuran
Nominal.
d. Kategori
1) Ya, mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara.
2) Tidak, tidak
mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara.
4. Kanker Payudara
a. Pengertian
Kanker payudara
adalah tumor ganas dari salah satu kelenjar kulit di sebelah luar rongga dada
(de Jong, 2004).
b. Alat dan metode
Check list dan rekam medis.
c. Skala Pengkuran
Nominal.
d. Kategori
1) Ya, hasil diagnosa dari mammograf dan USG kanker payudara
positif.
2) Tidak, hasil
diagnosa dari mammograf dan USG kanker payudara negatif.
G. Instrumen Penelitian
Data primer
diambil menggunakan metode interviews langsung ke responden dengan
kuesioner kemudian disusun dalam check list yang sudah dipersiapkan.
Sedangkan data sekunder, yaitu data riwayat kanker payudara dari rekam medis di
bangsal mawar 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada minggu ke-2 bulan Juli 2009
sampai minggu ke-1 bulan Agustus 2009 serta hasil selanjutnya dimasukkan
kedalam lembar check list.
H. Cara Pengolahan Data
Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Menurut
Budiarto (2002) data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan
penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.
Check list digunakan
untuk mengetahui karakteristik umum responden, seperti: nama, no registrasi,
usia, usia saat menarche, usia saat menjadi akseptor KB, lama pemakaian KB
hormonal, jenis KB hormonal serta riwayat kanker payudara keluarga.
Data sekunder
diperoleh dari rekam medik yang diambil dari RS Mitra Keluarga Depok yang
digunakan sebagai sampel. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan
data dengan cara sebagai berikut:
1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang
telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau
data yang terkumpul tidak logis dan meragukan.
2. Coding adalah
pemberian atau pembuatan angka-angka pada tiap-tiap data yang termasuk dalam
kategori yang sama.
Pilihan KB
Hormonal:
a. Ya, menggunakan KB hormonal diberi kode 1
b. Tidak ,
menggunakan KB hormonal diberi kode 0
Lama pemakaian
kontrasepsi hormonal (dalam tahun)
Riwayat keluarga
a. Ya, mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara
b. Tidak, tidak
mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara
Kejadian kanker
payudara
a. Ya, hasil pemeriksaan kanker payudara positif diberi kode 1
b. Tidak, hasil
pemeriksaan kanker payudara negatif diberi kode 0
3. Tabulating adalah
membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai dengan
analisa yang telah dibutuhkan (Budiarto, 2002)
I. Analisa Data
1. Odd Ratio dan
Mantel dan Haenszel
Menganalisis
variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi
frekuensi dan proporsi untuk mengetahuikarakteristik dari responden. Hasilnya
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Besaran hubungan
antara pemakaian KB hormonal dengan kejadian kanker payudara dinyatakan dalam
risiko relatif atau Rasio Odds (OR). Risiko relatif merupakan rasio antara
risiko (probabilitas) terkena penyakit dari kelompok yang terpapar (exposed).
OR dihitung menggunakan tabel contingency 2x2, sebagai berikut:
Tabel
1 Tabel 2x2 untuk Studi Kasus Kontrol dengan Denominator Bilangan
|
Kontrasepsi
hormonal +
|
Kontrasepsi
hormonal -
|
Total
|
Positif
kanker payudara
|
A
|
b
|
A+b=Mi
|
Negatif
kanker payudara
|
C
|
D
|
C+d=Mo
|
Total
|
a+c=N1
|
B+d=No
|
A+b+c+d=T
|
Sumber: (Murti, 1997)
Dengan:
OR untuk kasus
kontrol
OR = ad/bc
Taksiran OR lebih
informatif jika disajikan dalam bentuk interval keyakinan (confidence interval
= IK) dengan tingkat keyakinan tertentu, dalam penelitian ini tingkat
keyakinan (α) 0.05, untuk mencari IK dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
IK 95% = RR
(1±1.96√x^2
Untuk menguji
tingkat kemaknaan atau besaran paparan terhadap penyakit sesungguhnya
menggunakan uji yang dikembangkan olehMantel dan Haenszel (1959) dalam Murti
(1997) yang menggunakan uji Chi Square (Murti, 1997).
Interpretasi OR
sebagai berikut:
OR = 1 artinya
tidak hubungan antara lama pemakaian kontrasepsi hormonal dan kanker payudara.
OR > 1 artinya
kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.
OR < 1 artinya
kontrasepsi hormonal menurunkan risiko kejadian kanker payudara.
2. Regresi
Logistik
Regresi logistik
dapat digunakan untuk memodelkan hubungan antara dua kategori (binary) variabel
hasil (variabel dependen/ terikat) dan dua atau lebih variabel penjelas
(variabel independen atau bebas). Estimasi model regresi logistik untuk
masing-masing variabel bebas memberikan perkiraan efek variabel tersebut
terhadap variabel terikat setelah penyesuaikanya dengan variabel bebas lainnya
pada permodalan tersebut (Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan, 2009).
0 komentar:
Posting Komentar